Reportase yang saya lakukan kepada sesorang ibu yang berjualan nasi yang tempat berada di Jalan Akses UI gang Jamir indah yang tepatnya berada pas disamping kost kostan saya. Ibu yang sehari-hari hanya berprofesi sebagai pedagang nasi ini lebih dikenal dengan nama bu Supri yang telah berumur 62 tahun, ibu ini mempunyai seorang anak tunggal yang bernama bang Supri. Ibu supri adalah seorang janda yang telah ditinggalkan suaminya beberapa tahun yang lalu, dengan berjualan nasi ini lah bu supri mencari nafkah buat hidup, bu supri berjualan nasi sejak dari tahun 1991, atau sekitar dari 20 tahun yang lalu.
Setiap jam 4 subuh bu supri sudah keluar dari rumah untuk berbelanja barang dagangan nya dipasar depok baru, dulu bu supri selalu belanja barang dagangan nya kepasar minggu karena trauma pernah di todong didalam angkot didaerah lenteng agung dan semua uang dan perhiasan nya raib bu supri enggan berbelanja disana lagi. Ibu supri memulai memasak dari jam 6 pagi, sampai jam 9 semua pekerjaan ini dilakukan sendirian sesekali sering dibantu oleh anak nya. Penghasilan harian dari berjualan nasi ini tidak menentu, kalau semua dagangan nya habis semua bu supri dapat menghasilkan Rp.400.000,- sehari, tapi kalau lagi sepi bu supri paling hanya mendapatkan pengasilan sekitar Rp. 250.000,- per hari. Konsumen utama dagangan nasi bu supri rata-rata dari kalangan mahasiswa yang ngekost di daerah tempat dia berjualan, jadi kalau musim liburan semester penjualan bu supri agak menurun, tapi selain melayani untuk umum busupri juga melayani catring buat rumah tangga.
Selain berjualan nasi bu supri menyambil dengan berdagang barang-barang sembako. Dulu pekerjaan bu supri dibantu oleh seorang pembantu, karena pembantu yang didapat bu supri selalu membuat masalah jadi bu supri mengambil keputusan untuk mengerjakan usahanya ini berdua dengan anaknya saja, “ribet kalau pake pembantu” ujar bu supri.